Ahmad Zaenudin atau akrab disapa Bang Mamett memulai usaha jualan siomay sejak tahun 2014. Pria kelahiran 13 November 1990 ini mengaku belajar khusus ke pedagang siomay selama 6 bulan. 

“Jadi anak buah dulu biar lebih menjiwai apa saja yang harus dikerjakan. 

Satu minggu belajar sudah bisa langsung produksi sendiri, cuma di sini saya cari kelemahan dan kekuatan produk yang mau saya jual. Jadi ketika terjun sendiri sudah terbiasa dengan masalah-masalah yang ada,” ungkapnya.

Hadir dengan nama usaha Siomay Genit (kuliner siomay Bandung/siomay Majalengka). “Saya memilih usaha ini karena bukan usaha musiman dan bisa dikembangkan lebih jauh serta bisa masuk semua kalangan dari masyarakat bawah hingga menengah ke atas,” tukasnya.

Siomay Genit menyediakan siomay, pangsit, tahu coklat, tahu putih, kol, kentang, dan Pare. Harganya sama Rp 1 ribu per item. Jika ingin menambahkan telur rebus juga tersedia dengan harga Rp 3 ribu. “Ciri khasnya rasa ikan yang kuat pada siomay dan bumbu kacang yang pekat,” ujarnya. Saat memulai usaha, modal awal sebesar Rp 8 juta, yang digunakan untuk membeli gerobak, alat masak, bahan baku dan sewa lapak. Membutuhkan waktu hingga 6-12 bulan bisa kembali modal. Promosi yang dilakukan Mamett melalui Instagram dan Tiktok. 

“Saya juga memberikan diskon bagi yang membeli dengan partai besar,” urai Mamett yang lokasi usaha di Jalan Pembangunan, Batusari- Batuceper, Kota Tangerang. Selama 8 tahun membangun usaha, banyak kendala yang dialami Mamett. Mulai dari ditolak investor, susah mencari lokasi strategis, hingga SDM yang unggul. Menyangkut tantangan dalam usaha terkait konsisten dalam menjaga kualitas produk dan mengikuti pangsa pasar yang bergeser ke era digital.

Saat ini Siomay Genit hanya dijual di Kota Tangerang, namun di akhir tahun, Mamett akan membuka cabang  di Kabupaten Tangerang tepatnya di Perumahan Taman Kirana Surya, Desa Pasangrahan,  Kecamatan Solear. Diakui Mamett, usahanya pun terdampak pandemi. 

“Saya harus menutup beberapa cabang karena lokasinya di kantin sekolah dan tempat wisata. Jadi sekarang bertahan 1 cabang,” ucapnya. Dalam membangun usaha, tidak selamanya untung. 

Omset pun fluktuatif. 

Namun, dengan konsisten dan rutin melakukan promosi, kini omset stabil. Tiap bulan omset antara Rp 10 juta – Rp 30 juta dengan keuntungan 50%.  Menurut Mamett, dalam membangun usaha, harus punya “TUYUL”. T:tekun, U:ulet, Y:yakin, U:usaha pasti, dan L:Lancar . “Tak kalah penting ibadah, ikhtiar dan doa,” ungkapnya. “Jadikan usaha yang kita tekuni sebagai passion. Cintai apa yang kita kerjakan karena dengan demikian kita akan loyal terhadap produk dan customer. Jangan lupa bersedekah karena dengan demikian akan menjaga kita dari segala hal negatif,” sambungnya. 

Harapan Mamett ke depan usahanya semakin berkembang dan dikenal oleh masyarakat serta dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi orang banyak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *