Tahun 2010, Heny Susanti memulai usaha dengan nama Rumah Presto Ibu Heny. “Aku belajar otodidak dengan melihat resep, lalu uji coba 2-3 bulan lalu mutusin mulai usaha,” ungkap wanita yang lahir di Jakarta, 14 September 1972 ini. Usaha ini dipilih, karena Heny sering membuat bandeng presto untuk hidangan keluarga tercinta. “Aku memilih usaha ini karena ide dari suami, karena biasa membuat bandeng presto buat hidangan di rumah, lantas suami memberikan ide untuk menjualnya,” terangnya.
Rumah Presto Ibu Heny menyediakan bandeng & ayam presto. Harga bandeng presto 55k isi 3 ekor dan ayam presto 60k isi 3 potong ayam. “Ke depannya aku berencana membuat bebek & iga presto,” ucapnya. Yang menjadi keistimewaan Rumah Presto Ibu Heny adalah karena keinginan agar keluarga terutama anak-anak mau makan ikan tanpa kesulitan dengan durinya. Saat memulai usaha, modal awalnya sebesar Rp 3 juta dan bisa balik modal setelah 1 tahun.
Untuk memperkenalkan usahanya, Heny mulai dari lingkungan sekitar rumah dan hubungan pertemanan. “Tapi aku juga gunakan WhatsApp dan Instagram untuk ngenalin usaha ini,” kata Heny yang lokasi usaha di Kelapa Dua,Tangerang.
Kendala usaha yang dihadapi menyangkut pemasaran dan harga bahan baku yang tidak stabil. “Aku berharap ke depan bisa memperluas pemasaran dan pengennya harga bahan baku yang lebih stabil,” tukasnya.
Saat ini pasar terbesar Rumah Presto Ibu Heny ada di area Jabodetabek. Namun, ia pun mengakui sejak pandemi penjualan menurun hingga 30 persen. “Semoga ke depan, penjualan bisa stabil bahkan meningkat,” harapnya.
Dalam membangun usaha, modal utama yang harus dimiliki adalah harus punya metal & fisik yang kuat karena tantangan usaha yang dihadapi tidaklah ringan. “Terutama doa pada yang Maha Kuasa agar diberikan kesehatan & kelancaran dalam menjalani usaha kita,” katanya.
Harapan Heny ke depan usahanya semakin berkembang, omset bisa meningkat dan jangkauan pemasaran yang semakin luas.[]