Sejak berhenti menjadi guru, karena melahirkan anak ketiga, Witria Marliza pun mulai menekuni usaha kerajinan tangan sejak tahun 2014. Awalnya belajar tentang kerajinan tangan, karena Witria ingin mengisi waktu luangnya. Tidak pernah terpikir untuk memulai usaha secara serius. Namun, saat bergabung dengan Forum UMKM Kecamatan Cileungsi membuat Witria makin yakin terjun di usaha ini. Wanita yang lahir pada 12 Maret 1979 mengaku berguru melalui internet.
“Semuanya dipelajari secara otodidak,” ujar wanita yang menyelesaikan studi S1 Sastra Inggris di Universitas Negeri Padang.
Hadir dengan nama usaha Zaqira Craft. “Zaqira itu singkatan dari tiga anak saya, Eza, Qiqi, dan Aira. Hanya itu yang terpikir saat itu,” terangnya.
Diakui Witria, alasan memilih usaha ini, karena passion memang di dunia kerajinan tangan.
“Mama saya pintar ngerajut dan menularkan ke saya sudah dari SMP. Tapi gak diseriusin karena tidak terlalu suka. Nah saya sendiri lebih suka ke kreasi yang berhubungan dengan mote, manik, dan batu. Akhirnya jatuh cinta sama pembuatan aneka aksesoris,” ucapnya.
Produk Zaqira Craft cukup variatif. Mulai dari kreasi manik atau pun mote berupa hiasan bunga dan bonsai manik. Ada juga tempat tissue dari manik. Kemudian ada aneka aksesoris seperti gelang, kalung, dan cincin.
“Kami juga menyesuaikan dengan tren aksesoris terkini seperti aksesoris masker seperti konektor dan strap mask dari berbagai bahan,” imbuhnya. Harga yang ditawarkan pun mulai dari 5k hingga ratusan ribu.
“Keistimewaan produk kami antara lain bisa dibuat sesuai permintaan dari customer. Selain itu kalau untuk yang berbahan kawat tembaga itu awet, dan gak pudar meski kena air, sabun, hingga hand body. Asal jangan kena pemutih. Juga tidak bikin alergi. Jadi bisa dipakai sehari-hari,” ungkapnya.
“Selain itu kami juga melayani purna jual. Misalnya rusak karena pemakaian bisa kami bikin ulang. Kami juga bisa bisa mendaur ulang aksesoris yang tidak terpakai hingga menjadi berguna kembali,” terangnya.
Selain membuat aksesoris, juga membuka workshop bagi mereka yang ingin belajar pembuatan aksesoris. Saat memulai, modal awal hanya 300k.
“Balik modal cepat banget, hanya hitungan hari. Kemudian bertambah terus sesuai dengan omset. Hingga saat ini kalau di perkirakan aset sekitar Rp 30 jutaan,” imbuhnya.
Saat promosi masih terbatas lewat sosial media seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook. Juga dijual melalui Shopee tapi belum terlalu maksimal.
“Kami juga sudah mensuplai ke beberapa perusahaan aksesoris, Kami juga memiliki beberapa reseller tapi masih di seputaran Cileungsi” terang Witria yang lokasi usaha di Metland Cileungsi.
Kendala usaha yang dialami Witria adalah masalah pemasaran yang belum maksimal. Apalagi saat ini semuanya masih dilakukan sendiri. Tantangan terbesar adalah desain.
“Supaya aksesoris saya beda dengan yang lain. Saya bukan orang yang pintar gambar, jadi masih perlu belajar lagi,” tukasnya.
Witria bersyukur produk buatannya tidak hanya laku di Jabodetabek saja tapi sudah dikirim hingga Sumatera dan Kalimantan. Pandemi tentu saja berdampak pada usahanya. Meski begitu, Witria masih bisa bertahan, karena memproduksi aksesoris yang berkaitan dengan masker. Sejak awal tahun ini, usahanya pun mulai bergeliat.
“Sudah mulai ada pesanan dari beberapa perusahaan dan para reseller,” ujarnya.
Kini dalam sebulan, omset masih fluktuatif antara Rp8 – 12 juta. Keuntungan bersih sebesar 15%. Menurut Witria, modal utama dalam usaha ini adalah belajar dan terus belajar terus.
“Jangan baper ketika dijelekin Kompetitor. Atau di beri komentar kurang bagus oleh customer. Semakin dijelekin semakin bagus hasil karya kita. Dan semakin banyak yang suka dan terus order,” imbuhnya.
Tips sukses ala Witria adalah perbaiki diri, tingkatkan kemampuan dan jadikan kritik sebagai pemicu untuk lebih baik. Dan yang tak kalah penting adalah selalu konsisten. Harapan Witria ke depan semoga usahanya semakin berkembang dan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak.[]