Pernah bekerja di perusahaan garmen menjadi modal bagi Lyna Windiarti memulai usaha pada tahun 2017. “Saat itu ketika waktu istirahat, saya mencoba belajar jahit kemudian praktek sendiri dari pola yang ada di pabrik,” kata wanita yang lahir di Semarang, 11 Oktober 1975. Namun, proses belajar tidak berhenti di situ saja, Lyna juga belajar mandiri melalui Pinterest dan YouTube. 

“Saya membutuh waktu 1,5 tahun untuk belajar hingga mulai berani terima jahitan dari teman dan tetangga. Ternyata mereka respon bagus. Saya pun mulai fokus usaha pasca berhenti dari pabrik,” terang wanita murah senyum ini.

Dikisahkan Lyna, awal usaha menerima jahitan baju wanita. Namun, seiring waktu berjalan, banyak sisa kain dari pembuatan baju tersebut. 

Lyna Windiarti (Double Eight Craft)

“Saya pun mengolah lagi kain-kain perca tersebut menjadi produk souvenir dan homedecor,” ungkapnya. Hadir dengan merek usaha Double Eight Craft, produk yang dibuat cukup beragam. Untuk produk homedecor antara lain taplak meja, sarung bantal, cover sofa, hiasan dinding, bed cover, tatakan piring dan gelas. Sedangkan untuk produk souvenir yakni pouch, totebag, paspor case, binder, dan masih banyak lagi.

Harga produk homedecor mulai dari Rp 75000 hingga Rp 3,5 juta. “Untuk souvenir tergantung dengan jumlah barang yang dipesan,” urainya. 

“Karena produksi menggunakan sisa-sisa perca jadi produk menjadi terbatas sehingga tidak pasaran dan menjadi produk eksklusif karena menggunakan teknik jahitan pathwork, applique dan quilting,” jelas Lyna tentang keistimewaan produk buatannya.

Saat memulai usaha, modal awal sebesar Rp 5 juta yang digunakan untuk pembelian mesin jahit dan obras. “Alhamdullilah 6 bulan sudah balik modal,” ucap Lyna yang lokasi usaha di Kota Semarang, Jawa Tengah. Promosi yang dilakukan Lyna saat memulai usaha dengan informasi dari mulut ke mulut. 

Seiring dengan perjalanan waktu, ia menggunakan media sosial dan marketplace. Usaha skala rumahan yang dirintis Lyna ini terkendala dengan SDM, terutama yang punya kemampuan menjahit. 

“Harus melakukan inovasi pada desain perca agar produk yang dibuat lebih eksklusif. Itu tantangan yang saya hadapi saat ini,” tandasnya. Diakui Lyna, produknya tidak hanya laku di Semarang saja tapi sudah dikirim ke berbagai kota di Indonesia. Sebut saja Bogor, Bandung, Jakarta, Medan, dan Banjarmasin.

“Saat ini sedang mengerjakan sampel untuk dikirim ke Belanda dan Jerman,” tukasnya. Saat ini dalam sebulan, omset masih variatif antara Rp 10 – 20 Juta dengan keuntungan bersih 30-40%. Dalam membangun usaha, modal utama yang harus dimiliki adalah tekad dan fokus dalam berusaha, juga didorong dengan doa. 

“Insya Allah semua bisa dilalui dengan baik,” katanya. Lalu apa tips sukses ala Lyna? 

Terus berusaha dan berdoa. “Di atas langit pasti ada langit, jadi fokus saja dengan apa yang kita kerjakan dan melakukan dengan ikhlas serta senang hati sehingga apapun yang terjadi kita akan bisa lalui,” imbuhnya. Harapan Lyna semoga usaha berkah, bermanfaat untuk lingkungan sekitar dan semakin berkembang.[]