Upaya memperkuat promosi produk ekspor terus dilakukan. Produk modest fashion menjadi salah satu yang diharapkan sebagai sumber pertumbuhan ekspor baru. Untuk itu, dari jantung kota New York, Kementerian Perdagangan bersama tujuh jenama modest fashion Indonesia sukses menggelar peragaan busana (fashion show) Indonesia Now – New York Fashion Week (NYFW) di New York, Amerika Serikat, Senin (13/2).
Ketujuh jenama tersebut, yaitu Buttonscarves, KAMI., Am by Anggiasari, Ayu Dyah Andari X BT Batik Trusmi, Zeta Prive, Lenny Hartono, dan Nada Puspita. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari ajang Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) tahun 2022 yang digagas Kementerian
Perdagangan.
“Hari ini kita telah menyaksikan tujuh jenama modest fashion Indonesia hadir di ajang NYFW. Melalui kegiatan ini, modest fashion Indonesia diharapkan lebih dikenal lagi di kancah internasional,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi.
Peragaan busana Indonesia Now disaksikan langsung lebih dari 500 undangan yang terdiratas pimpinan kementerian/lembaga, Duta Besar RI untuk USA, dan Konjen RIdi New York, penulis blog (blogger), pemengaruh (influencer), key opinion leader (KOL), buyer,dan media internasional.
“Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, Konsulat Jenderal RI di New York, dan Perwakilan Perdagangan RI di Amerika Serikat, mendukung penuh misi memperkenalkan produk modest fashion Indonesia ke Amerika Serikat,” tambah Didi.
Dalam peragaan busana di NYFW ini, tujuh jenama modest fashion Indonesia menampilkan koleksi terbaiknya. Buttonscarves memamerkan busana ready-to-wear bertema ‘The Dream Capsules’ yang terinspirasi dari gaya modern masa kini yang dibalut dengan gaya modest yang dinamis dan modern. Sementara itu KAMI. menampilkan koleksi bernama Charaka yang terinspirasi dari kekayaan lokal yakni Kain Tapis Lampung. Zeta Privé mengusung tema modest yang elegan, modern, dan siap pakai dipadukan dengan American style dengan sentuhan palet warna lembut.
Selanjutnya, AM by Anggiasari mengusung konsep mode fesyen berkelanjutan atau ramah lingkungan (sustainable fashion) dengan memakai kain denim sisa dari garmen lokal Indonesia dan dikombinasikan dengan bahan yang ramah lingkungan dan nyaman di kulit penggunanya. Lenny Hartono menampilkan koleksi yang mengangkat kain songket dari Sidemen, Bali, dengan motif bunga Patra Sari yang biasa digunakan untuk menghiasi bangunan khas Bali. Nada Puspita mengusung tema modest fashion dengan sentuhan desain feminin dan klasik yang membuat
koleksi ini terlihat semakin elegan dan anggun. Ayu Dyah Andari berkolaborasi dengan BT Batik Trusmi mengusung koleksi dengan motif bunga dipadukan dengan batik Mega Mendung.[]